Penyair Itu Mati di Perpustakaan

Diposkan oleh Hulu on Sunday, April 6, 2014

Penyair Itu Mati di Perpustakaan

si penyair itu pergi ke perpustakaan setiap hari, ikut membaca
tujuh koran nasional dan lokal secara gratis, memeriksa rubrik
opini, serta di setiap (hari) minggu memeriksa esei serta karya
sastra--memastikan laku pengencangan ikat pinggangnya bisa
disilonggarkan dalam beberapa hari di depan

lebih sering ia tetap mengendalikan semua lapar dengan tekun
membaca. baik itu buku fiksi atau non fiksi, baik si buku prosa,
puisi atau esei atau non sastra. apapun dibacanya, satu per satu
dengan amat teliti: siapa tahu ada yang lupa telah menyelipkan
lembaran 5000 rupiah sebagai pembatas halaman

itu pengharapan absur dalam mengumpulkan keberanian untuk
ngutang makan dengan cuma garansi tulisannya akan ada yang
dimuat koran ataupun majalah. dan sebagai penyair yang amat
rajin membuka dan membaca buku-buku yang tak rapi disusun
dalam rak-rak itu: ia sering bermimpi jadi seekor ngengat

leluasa menghabiskan lembar buku rumi, shakespeare atau poe.
tidak lagi terkutuk mati kelaparan tapi si terkutuk kekenyangan
--leluasa memamah lembaran buku dan masih disediakan amat
banyak buku lagi. senantia nyaman mendekam, makan-minum,
kencing-berak, kawin dan beranak-pinak di perpustakaan

(Puisi Beni Setia)

baju bola baju murah